KARAKTERISTIK PENDIDIKAN ISLAM
a. PENDIDIKAN YANG TINGGI (SAKRAL)
Pada intinya, pendidikan Islam berusaha mempelajari segala hal untuk lebih mengenal Rob (Allah). Seluruh aspek-aspeknya didasarkan pada nilai robbaniyah dijabarkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulnya. Dalam hal ini pendidikan Islam merupakan pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang segala hal yang diciptakan dan diajarkanNya sehingga bisa membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Tempat Tuhan secara tepat di dalam tatanan wujud dan keberadaanNya. Pendidikan Islam bukan sekedar pemenuhan otak saja, tetapi lebih mengarah kepada penanaman aqidah.
Sementara itu, pendidikan Islam oleh Hassan Langgulung, sebagaimana dikutip Azyumardi Azra merupakan suatu proses penyiapan generasi muda, memindahkan pengetahuan dan nilai nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia sebagai khalifah fil ardl untuk beramal di dunia dan memetik hailnya di akhirat.
b. PENDIDIKAN YANG KOMPREHENSIF DAN INTEGRAL
Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam memiliki beberapa karakteristik yang perlu kita pahami bersama dan dijadikan sebagai landasan berpikir serta bergerak dalam kehidupan sehari-hari.
Yang pertama, merupakan agama yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Islam tidak mengenal sekat-sekat geografis. Hal ini yang menjadikan Islam sebagai rahmatan li al-’alamin. Hal ini juga sekaligus menegaskan kepada kita bahwa Islam bukanlah agama untuk bangsa Arab saja, seperti yang banyak dikatakan oleh orang-orang sekuler, tapi untuk seluruh umat manusia di segala penjuru dunia.
Yang kedua, Islam sebagai penyempurna agama-agama sebelumnya juga berlaku sampai kapan pun, tak peduli di zaman teknologi secanggih apa pun. Islam tetap berfungsi sebagai pedoman hidup manusia. Setelah kita paham akan hal tersebut, maka tidak ada lagi istilah bahwa di zaman modern, ajaran-ajaran Islam sudah tidak relevan lagi.
Yang ketiga, Islam mengatur ajaran yang integral, mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, dari masalah yang paling pribadi hingga kemasyarakatan dan kebangsaan. Mulai dari adab dalam melakukan kegiatan sehari-hari hingga urusan politik nasional dan internasional. Islam tidak hanya berbicara mengenai masalah ideologi saja, tetapi juga mengatur seluruh dimensi kehidupan manusia di sektor ekonomi, sosial, politik, ilmu pengetahuan dan sektor lainnya.
Bukankah ayat terpanjang yang termaktub dalam al-Quran berisi aturan dalam bermuamalah dan perdagangan (QS Al Baqarah: 282). Islam juga tidak hanya mengatur ajaran tentang hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) saja, melainkan juga mengatur hubungan kemasyarakatan antar sesama manusia (hablun minannas). Itulah sebabnya dalam rukun Islam sebagai dasar peribadatan bagi kaum muslim, selain diwajibkan shalat sebagai sarana penghambaan secara langsung kepada Allah, juga ada ibadah zakat yang berhubungan dengan kepentingan sesama manusia. Secara empiris, dampak ibadah diharapkan akan menyentuh sisi kesejahteraan masyarakat, tidak hanya peningkatan kualitas spiritual.
c. PENDIDIKAN YANG REALISTIS
Ada fenomena yang muncul dalam masyarakat, Pendidikan Islam adalah suatu konsep utopis yang tidak mungkin dapat diwujudkan, sungguh ini merupakan pandangan yang keliru tentang pemahaman dalam memahami Pendidikan Islam. Karena Pendidikan Islam berjalan dalam bingkai yang jelas dan realistis terhadap kenyataan dalam masyarakat. Hanya saja, Pendidikan Islam berpijak pada idealisme keislaman yang kadang disalah pahami oleh pihak pelaksana Pendidikan Islam. Akibatnya idalisme Pendidikan Islam tersebut dipandang sebagai lembaga yang mengutamakan nilai-nilai ukhrawi dan tidak peduli dengan kenyataan yang ada tegasnya, Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berjalan seiring dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman sebagai landasan berpijaknya.
d. PENDIDIKAN YANG BERKONTINUITAS
Proses pendidikan tidak mengenal istilah “Usai”. Setiap individu wajib belajar sepanjang hayat (long-life education). Hadits Nabi Muhammad yang menyatakan bahwa “menuntut ilmu wajib dilakukan dari buaian sampai ke liang lahat” merupakan konsepsi pendidikan sepanjang hayat dalam makna tidak ada batasan waktu untuk terus belajar mendalami ilmu yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat.
Konsepsi pendidikan sepanjang hayat telah menjadi dasar pijakan dan sekaligus pembuktian dari berbagai konsp pendidikan lain. Seperti yang dinyatakan oleh Sternberg ketika pendekatan triarchic diterapkan pada pendidikan sepanjang hayat ternyata memunculkan gagasan baru tentang hakekat kemampuan intelektual atau bagaimana kemampuan itu diukur (Sternberg,1997).
e. PENDIDIKAN YANG SEIMBANG
Ajaran Islam menekankan aspek keseimbangan dalam segala hal. Seimbang dalam mengoptimalkan potensi akal, ruh dan jasad. Dalam Islam ditegaskan, seorang manusia akan mencapai sukses dalam kehidupannya, manakala bisa mengintegrasikan seluruh potensinya dengan kadar yang seimbang, baik segi intelektual, emosional, fisikal dan spiritual. Keseimbangan dalam menjalankan aktivitas dunia tanpa mengesampingkan aktivitas yang berorientasi akhirat. Ini adalah salah satu implementasi dari keimanan seseorang akan adanya hari akhir.
Setiap aktivitas yang kita jalankan hendaknya selalu didasari oleh motivasi ibadah dan keikhlasan untuk Allah Swt, agar segala yang kita lakukan tidak hanya bermakna duniawi, tetapi juga berarti bagi kehidupan akhirat kelak. Prinsip itu yang melatar-belakangi adanya doa-doa dalam setiap aktivitas kita sehari-hari, sehingga setiap kegiatan yang secara lahiriah bersifat duniawiyah pun akan bernilai ibadah di sisi Allah Swt. Tak ada yang sia-sia atau hanya berdampak jangka pendek bagi seroang Muslim. Keseimbangan juga perlu dijaga dalam hal kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat, sehingga seorang manusia tidak berkembang menjadi seorang individualis. Sebagaimana Rasulullah Saw pernah bersabda dalam haditsnya, bahwa “Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Kontribusi sosial menjadi ukuran dari lurusnya komitmen individual kita.
f. PENDIDIKAN YANG TUMBUH DAN BERKEMBANG
Pengembangan Ilmu Pengetahuan yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain. Nabi Muhammad saw sangat membenci orang yang memiliki ilmu pengetahuan, tetapi tidak mau memberi dan mengembangkan kepada orang lain:
مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ اَلْجَمَهُ الله يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامِ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya),maka Allah mengekangkan (mulutnya), kelak dihari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka” (H.R. Ahmad)
Selain itu pendidikan Islam yang bersumber dari Al Quran dan Hadist wajib dikembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai bidang ilmu sesuai kebutuhan manusia selama tidak bertentangan dengan kaidah agama Islam.
g. PENDIDIKAN YANG GLOBAL/INTERNASIONAL
Islam selalu sesuai untuk semua bangsa, zaman dan semua keadaan. Sebagai agama yang universal (rahmatan lil alamin) Islam dapat diterima oleh semua golongan, suku, bangsa karena Allah sudah menurunkan Al Quran yang isinya tentang segala hal yang akan diperlukan manusia pada jaman dulu, sekarang, dan masa yang akan datang, oleh siapapun, dimanapun.
KESIMPULAN
Karakteristik Pendidikan Islam menggambarkan dengan jelas keunggulan Pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam Islam mempunyai iokatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur seluruh aspek kehidupan. Maka jelas bahwa Pendidikan Islam tidak menutup mata terhadapperkembangan yang ada ditengah masyarakat, termasuk perkembangan sains dan tekhnologi, hanya saja Pendidikan Islam tidak larut dalam perkembangan yang nyata-nyata yang bertentangan dengan syariat-syariat Islam
1 komentar:
good articel. view my blog. www.islamiccenterr.blogspot.com
Posting Komentar