Senin, 08 November 2010

Beberapa Studi tentang Manajemen Sekolah

a. Fleksibilitas, Efektifitas, dan Efisiensi Manajemen



Manajemen yang baik ialah manajemen yang tidak jauh menyimpang dari
konsep, dan yang sesuai dengan obyek yang ditangani serta tempat organisasi itu
berada. Sebagai bagian dari suatu ilmu, seharusnya manajemen itu tidak boleh
menyimpang dari konsep manejemen yang sudah ada.

Dalam teori majajemen modern, manajemen yang baik setidaknya
mencakup tiga sifat, yaitu fleksibel manajemen, efektifa manajemen dan efisien
manajemen. Manajemen yang dapat menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
dan kondisi disebut manajemen yang fleksibel, (Made Pidarta, 1992: 18).
Manajemen ini tidak kaku, ia dapat berlangsung dalam kondisi dan situasi yang
berbeda-beda. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru, tuntutan-tuntutan
masyarakat yang berubah dari semula, perubahan-perubahan nilai masyarakat, dan
sebagainya tidak akan menghentikan aktivitas manajer ini. Manajemen akan
berjalan terus dengan rivisi di sasa-sini. Hal ini menjamin kelangsungan hidup
organisasi. Oleh sebab itu para manajer perlu mengusahakan manajemennya agar
bersifat fleksibel.

Ada sejumlah nilai yang pada umumnya bisa diterima dalam manajemen.
Nilai-nilai yang dimaksud ialah kebahagiaan, ketaatan pada hokum, konsistensi,
integritas, dan kesetiaan (Massie, 1973 28). Kebahagian ialah nilai tertinggi,
bukan saja pada manajemen melainkan pada setiap aktivitas manusia. Sebab
seseorang yang berasa bahagia akan melakukan kegiatan sepenuh hati dengan
menomorduakan imbalan materi. Manajer yang bahagia merasa pekerjaannya
sebagai sesuatu yang indah, yang memikat dirinya, yang mempesona hatinya



untuk bekerja tanpa mengenal lelah. Ia mampu menikmati estetika manejemen,
manajemen menjadi hobinya.

Ketaatan kepada hukum sebagaimana didambakan oleh para pecinta
hukum, juga diharapkan terjadi pada manajemen. Sebab manajemen itu sendiri
pada hakikatnya menciptakan hukum untuk organisasinya sendiri, berupa
peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan. Ciptaan ini perlu ditaati bila ingin
administrasi berjalan dengan lancar. (Made, 1992 : 18).

Menurut Made Pidarta, nilai konsestensi hampir sama dengan nilai ketaatan
kepada hukum dan kesetiaan. Sebab perilaku dan tatakerja para personalia
organisasi termasuk para manajer sudah diatur oleh peraturan organisasinya.
Diharapkan mereka semua setia kepada peraturan ini dengan cara mematuhinya.
Perilaku dan tata kerja yang setia atau patuh kepada peraturan menunjukan
konsistensinya akan peraturan itu. Kalau kesetiaan dan kepatuhan itu berlangsung
lama maka terjadilah konsistensi yang berkelanjutan. Akan tetapi perlu
diperhatikan juga bahwa dalam penerapan manajemen memerlukan sikap kreatif
di samping ketajaman hipotesis tentang sifat budaya manusia dan masyarakat
dimana manajemen itu akan diterapkan. Sehingga kalau mengabaikan hal ini akan
terperosok dalam situasi dilematis, atau jebakan yang tidak terpikirkan sebelum
terjadi. (Tim Pembina al-Islam dan Kemuhammadiyahan, 1990 : 133).

Integritas pribadi adalah suatu nilai yang sangat diperlukan terutama oleh
para pemimpin. Pemimpin yang baik harus memiliki berkepribadian yang utuh
agar dapat memikat orang lain, orang menjadi simpati padanya, orang tertarik
dengan pembicaraannya, orang terkesima olehnya, (Buchari Alma, 2002 :54).



Agar ia dapat diterima dengan baik oleh para anggotanya, maka ia perlu memiliki
integritas pribadi. Suatu pribadi yang bisa berbaur dengan pribadi-pribadi lain,
suatu kemampuan ini bersumber dari kemampuan menghargai orang lain,
menghayati perasaan orang lain, toleransi dan bekerjasama. Sesorang manajer
adalah juga seorang pemimpin, maka ia perlu memiliki integritas pribadi.

Menurut Evans (1981 : 39), seorang manajer harus memiliki otoritas dan
akuntibilitas. Keduanya harus berimbang. Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila
otoritas saja yang dimiliki manajer akan bertindak sewenang-wenang, sebaliknya
bila ia hanya memiliki akuntibilitas ia tidak akan mengejar apa-apa. Akuntibilitas
adalah lebih dari hanya sekedar tanggung jawab akan penyelesaian tugas yang
dibebankan oleh atasan, ialah penyelesaian tugas-tugas yang memberi kepuasan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama para atasan. Agar bisa
belakukan pekerjaan seperti ini perlu dukungan dari orang-orang yang patut diajak
berinteraksi.

Kearah mana manejemen pendidikan itu harus ditujukan? Made Pidarta,
seorang ahli menajemen pendidikan memberikan uraian bahwa di samping
seorang manajer sudah diberi otoritas oleh atasannya, ia sebaiknya seorang
professional dalam bidangnya. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus mampu
memenej organisasinya dengan baik, efektif dan efisien di samping fleksibel.

b. Manajemen Sekolah pada Aspek Teknis (Managemen by Techniques)

Manajemen pada aspek teknis ialah usaha para manajer menangani teknik-
teknik yang ada dalam organisasinya, agar teknik-teknik itu dapat digunakan
seoptimal mungkin dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Teknik-teknik baru



dikembangkan pula untuk menjawab tantangan perubahan zaman, baik dalam
tekniknya itu sendiri maupun dalam usaha memenuhi tuntutan lingkungan dan
inovasi. ( Made Pidarta: 1992 : 90).

Dalam hal ini adalah bagaimana manajemen yang dikembangkan oleh
pondok sekolah dapat memberikan konstribusi yang produktif, kualitatif dan
bermanfaat. Oleh karena itu, pada bagian ini penulis akan mencoba menguraikan
tentang manejemen sekolah pada aspek teknis pengolahan organisasinya. Akan
tetapi sebelum lebih jauh mengungkap bagaimana manajemen sekolah pada
aspek teknisnya, terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian-pengertian dasar
tentang manajemen dan kepemimpinan itu sendiri.

1. Manajemen

Istilah manajemen berasal dari bahasa Inggris management. Istilah ini
terjadi dari akar kata manus, tangan, yang berkaitan dengan kata menagerie yang
berari beternak. Menegerie juga berarti sekumpulan binatang liar yang
dikendalikan di dalam kandang. Kata manus dipengaruhi oleh kata ménage yang
datang dari bahasa Perancis kuno mesnage. Kata ini berasal dari bahasa Latin
mansionaticum yang berarti pengelolaan rumah besar. Jadi dipandang dari segi
arti kata, manajemen berarti pengelolaan, (Taliziduhu Nadraha, 1988: 91). Kamus
istilah Manajemen (1978) mengartikan manajemen sebagai (1) proses penggunaan
suberdaya secara efektif untuk mencapai sasaran, dan (2) pejabat pemimpin yang
bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi.

Dalam The History of Management Thought (1972), clued S. George, Jr.
mengungkapkan bahwa peninggalan sejarah berupa catatan tertulis yang terdapat



di bekas kerajaan Sumeria berusi sekitar 5000 tahun SM, adalah sumbangan
pertama di bidang manajemen . Negeri Sumeria ini terletak di bagian paling
selatan Mesopotamia, dekat bekas muara sungai Tigris dan Euphrates. Berbagai
peninggalan sejarah lainnya di bagian-bagian dunia ini menunjukan kemampuan
bangsa-bangsa untuk memobilisasi sumber-sumber, baik sumberdaya alam,
maupun sumber daya manusia.

Mc Corkle, Jr. dan Archibald dalam Management and Leadership in
Higher Education (1982), menyebutkan tiga fungsi manajemen, yaitu
perencanaan dinamik, manajemen sumber-sumber, dan evaluasi.

Sondang P. Siagian, sebagaimana dikutip Malayu SP. Hasibulah (1997: 2),
memberikan definisi manajemen adalah kemampuan dan ketrampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-
kegiatan orang lain.

Herbert G. Hicks dan C. Ray Gullett dalam Management (1983: 7)
berpendapat “managing is the procces of getting things done by and thorough
others”. Definisi ini merupakan modifikasi dan pengembangan difinisi yang



dibuat oleh Mary Parker Follett, “the art of getting things done through peole”.
“Things” dalam definisi Hicks dan Gullett disebut “resulls” oleh Donnelly,
Gibson, dan Ivancevich dalam Fundementals of Management (1981: 4). Mereka
mendefinisikan manajemen sebagai berikut :

“Management consists of activites underlaken by one or more
persons to coordinate the activities of other pesons to achieve
results not achievable by any one person acting alone.”

Dinamakan “organizationgoals” oleh James A.F. Stoner dan Charles
Wankel dalam Management (1986: 4). Definisi manajemen menurut
kedua penulis tersebut demikian:

“Management is the procces of planning, organizing, leading,
and controlling the efforts of organization member and of using
all other organizational resources to, achieve stated
organizational goals.”

Dari sekian definisi tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen bertolak dari suatu tujuan tertentu, yang disebut tujuan organisasi.
Untuk mencapai tujuan organisasi itu diperlukan kegiatan, yaitu “activities of
other pesons” dalam definisi Donnelly, Giboson, dan Ivancervich, yang dapat
disebut kegiatan operasional. Kegiatan operasional ini perlu dikoordinasikan,
dipimpin, dan dikontrol, dan sumber-sumber organisasional digali, disiapkan, dan
digunakan (Stoner dan Wankel). Kegiatan-kegiatan itulah yang disebut kegiatan
manajerial.



Akan tetapi perlu diketahui bahwa dalam manajemen peranan unsure
manusia menjadi penentu, karena manusialah yang menetapkan sasaran,
merencanakan dan selalu berperan aktif pada setiap kegiatan yang dilakukan.
Manusia mutlak harus berperan aktif dalam semua kegiatan supaya alat-alat
canggih yang dimiliki organisasi ataupun perusahaan bermanfaat untuk
merealisasi tujuan.

0 komentar:

Posting Komentar